Kala Corona Menyapa (3)

 

Gambar : www.tirto.id

Hari Selasa itu saya berdua kakak berbenah menyiapkan rumah untuk isolasi mandiri. Sementara kakak saya yang lain menyiapkan obat-obatan, vitamin, dan perlengkapan perawatan yang dibeli dari apotik Kawi, Pamulang. Semua dibersihkan, disemprot disinfektan. Membuka semua jendela agar sirkulasi udara lebih baik. Sambil sesekali berbicara dengan ibu yang sedang rebahan di kamarnya. Mungkin dia sedang bersedih, harus menerima kenyataan pahit virus yang sedang ganasnya menyebar ke seluruh dunia, kini masuk ke dalam tubuhnya yang semakin renta.

Semula, saya kira ibu akan sendiri di rumah menjalankan isolasi. Saya sebenarnya menyiapkan diri untuk bisa berinteraksi langsung, masuk ke ruang-ruang dalam rumah untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Tapi hasil pemeriksaan hari ini memastikan bahwa salah satu kakak saya juga terkonfirmasi positif Corona dan dia pun harus diisolasi bersama ibu. Setidaknya ibu ada yang memantau langsung kondisinya, menemani saat tidur di malam hari.

Di antara 3 orang keluarga yang positif Corona, ibu lah yang paling kami khawatirkan kondisinya. Komorbidnya bisa memburuk, dan membahayakan dirinya. Tapi yang terjadi justru berbeda. Kakak saya mengalami demam lebih panjang ketimbang ibu. Suhu tubuhnya hanya turun saat dia mengkonsumsi Paracetamol. Disertai batuk dan juga flu, badannya terasa sangat letih. Rasa kantuknya luar biasa tapi kesulitan untuk tidur lelap di tiap malam awal terinfeksi Corona. Tak tega rasanya, karena padanya kami titipkan perawatan ibu juga. Dia satu-satunya yang bisa berinteraksi langsung dengan ibu dalam satu ruangan bersama. Saya dan kakak yang lain, hanya bisa berkomunikasi jarak jauh: dari luar rumah atau balkon lantai dua.

Sementara itu, anak saya tetap ada di kamarnya di rumah saya. Satu kamar mandi disiapkan untuknya bersih-bersih, dan juga mencuci perlengkapan makan. Pakaian kotor dikumpul di kamar untuk selanjutnya saya cuci terpisah di keesokan harinya. Saya bersyukur, anak saya hanya demam dua hari di awal dan tak ada demam, batuk, flu seperti halnya penderita Corona yang sering saya dengar. Hanya anehnya ketika masuk minggu kedua, anak saya baru kehilangan indera penciumannya hingga beberapa hari selanjutnya.

 

Posting Komentar

0 Komentar