Kala Corona Menyapa (2)

 

Gambar : www.tirto.id

Senin pagi, saya kembali ke RS Syarif Hidayatullah bersama ibu untuk melaksanakan pemeriksaan Swab Antigen. Proses daftar dan periksa ternyata tidak lama. Ibu pun terlihat tak merasa sakit saat hidungnya masukkan alat yang panjangnya sekitar 10 cm untuk pengambilan sampel cairan dari saluran pernapasannya. Padahal saya saja melihanya ngeri, ngilu bawaannya mau bersin saja. Pihak rumah sakit menyampaikan bahwa hasil Swab Antigen baru bisa keluar paling cepat 2 jam setelah pengambilan sampel. Kepada ibu saya juga sampaikan jika ternyata ibu positif nanti saya juga harus segera diperiksa, termasuk semua anggota keluarga di rumah.

Sekitar pukul 14.00 WIB saya kembali ke rumah sakit untuk mengambil hasil. Sesaat setelah amplop saya buka, tertulis di dalamnya POSITIF. Hati saya hancur seketika meski sudah sedemikiannya saya persiapkan jika hal itu benar-benar terjadi. Tak terasa air mata ini menetes. Sedih, tapi saya tahan dengan menggigit gigi sendiri.  Berkali-kali menghela napas dalam-dalam. "Ya Allah, ibuku kena Corona. Darimana datangnya itu ya Allah".

Beberapa saat, saya linglung. Tidak tahu mau mengerjakan apa. Sambil berjalan keluar RS menuju tempat parkir, air mata masih saja terus mengalir. Kepala terus menggeleng, seolah tak percaya jika Corona hadir nyata dalam keluarga kami. Dia datang diam-diam, tanpa salam, tanpa terlihat oleh siapapun, entah siapa yang mengundang. Teringat anak saya yang kontak erat dengan neneknya. Tidur, makan, ngobrol, bahkan belajar daring pun di kamar neneknya. Segera saya hubungi dia melalui telepon.

"Kakak, sementara di kamar atas ya. Isolasi dulu sampai kakak diperiksa juga"
"Emang nenek positif, Yah?"
"Belom, masih Ayah urus hasilnya" ujar saya tanpa menyampaikan hasil yang sebenarnya.
"Oke, Kakak udah di kamar atas dari pagi tadi"

Dua hari ini anak sulung saya memang demam. Setelah minum Paracetamol sirup, demamnya hilang. Tapi sempat muncul lagi dengan suhu yang lebih rendah. Karena itu sebagai antisipasi, saya minta dia untuk isolasi mandiri sementara sampai diperiksa juga. Saya pun sempat membicarakan kemungkinan penyebaran penyakit Corona dengannya. Dan dia sangat maklum dan siap jika memang telah tertular dari neneknya.

Di RS Syarif Hidayatullah pelayanan Swab Antigen hanya sampai pukul 13.00 WIB. Saya langsung menuju ke RS Hermina untuk memeriksakan diri karena waktu pelayanannya lebih panjang hingga pukul 18.00 WIB . Hasilnya baru akan keluar sekitar pukul 19.00 WIB. Tidak apa dalah satu hari ini saya harus 3 kali bolak-balik ke rumah sakit demi pemeriksaan yang valid bagi keluarga saya. Sore itu saya juga mengabarkan kepada seluruh kakak serta istri saya, bahwa ibu positif Corona dan menyarankan mereka untuk melaksanakan Swab Antigen juga. Salah satu kakak ternyata ada demam dan batuk sudah 2 hari mirip dengan sakit yang diderita ibu saya.

Ketika tiba di rumah, saya langsung bertemu ibu. Perlahan saya sampaikan padanya bahwa ibu terkonfirmasi positif Corona. Tak nampak raut muka sedih atau panik. Terlihat datar saja. Ini agak melegakan saya, karena khawatir ibu terkejut dan jantungnya bermasalah. Hanya saja ibu menjadi bingung, nanti bagaimana. Apa akan dibawa ke rumah sakit atau ke Rumah Lawan Covid Tangsel. Saya bilang, nanti akan kita bicarakan bersama semua anak-anak ibu dan melihat kondisi fisik ibu sekarang. Jika ibu segar bugar, InsyaAllah tetap di rumah.  Malamnya, tiga kakak sudah melakukan Swab Antigen dan melaporkan hasilnya negatif. Hasil saya pun juga negatif. Tinggal dua kakak, istri, anak, dan mertua saya yang belum diperiksa.

Keesokan pagi, saya langsung bersih-bersih menyiapkan rumah ibu untuk isolasi dengan memakai masker dua lapis dan sarung tangan. Pagi itu juga dua kakak saya memeriksakan diri di Klinik Makmur Jaya, Ciputat. Pikiran saya melayang kemana-mana, bagaimana cara merawat ibu saya di rumah. Corona penyakit yang baru, belum ada obatnya. Meski katanya akan hilang sendiri dalam 14 hari, tapi sepanjang itu bagaimana kondisi ibu saya, dan juga risiko kepada saya yang merawat serta keluarga lainnya yang masih di sekitar rumah. Padahal saya termasuk yang rajin membaca banyak tulisan terkait penyebaran virus Corona di Indonesia dan dunia.

Menjelang siang, saya dikabari bahwa salah satu kakak juga terinfeksi virus Corona dan yang satu lagi negatif. "Ya Allah, udah kesebar virusnya". Siangnya saya membawa anak sulung ke RS Syarif Hidayatullah untuk Swab Antigen. Hasilnya baru keluar pukul 14.00 WIB nanti. Ba'da sholat Ashr, saya kembali ke RS untuk ambil hasil tes, dan ternyata positif juga. Lagi, dan lagi. Air mata saya tak terbendung. Tiga orang yang saya sayangi, terinfeksi virus Corona. "Kurang ketat bagaimana saya? Keluarga semua jarang keluar rumah, jikapun keluar sebentar selalu pakai masker dan hand sanitizer, menghidari keramaian, dan sebagainya". Tapi masih saja ada celah bagi virus itu untuk datang menyapa kami, di rumah.

Posting Komentar

0 Komentar