Kala Corona Menyapa (1)

Gambar : www.tirto.id

Disclaimer : Saya bukan penyintas. Tapi saya adalah anak, adik, dan ayah dari tiga orang anggota keluarga yang terkonfirmasi positif Corona melalui Swab Antigen. Tulisan ini dibuat dalam masa perawatan ketiganya.

--------------------

Jum'at, 8 Januari 2021 pukul 16.30 WIB saya bergegas ke sebuah toko perlengkapan tanaman di Komplek Kejaksaan, Cipayung. Karena sudah 2 hari ini ada 4 tanaman baru dibeli oleh istri dan diminta segera dipindah ke pot yang sesuai. Setelah tiba di toko, saya langsung mencari pot tersebut sambil membuka catatan jenis pot yang dimaksud di ponsel. Ternyata ada misscall dari ibu via Whatsapp. Langsung saya telepon balik khawatir ada apa-apa.

Ibu saya sudah berusia 70 tahun, masih segar dan sering sholat jamaah di masjid setiap Maghrib, Isya, dan Shubuh. Belum lama sempat dirawat di rumah sakit karena ada pembengkakan jantung dan juga hipertensi. Dan juga ada keluhan di lambung, serta tulang dengkul yang sering terasa nyeri. Rumah ibu saya persis di sebelah rumah saya, karena memang itu adalah rumah peninggalan almarhum bapak yang saya renovasi agar bisa menemani ibu dan memantau langsung kondisi kesehatannya.

"Assalamu'alaikum. Ada apa, Bu? Tadi telepon Agung?"
"Wa'alaikumsalam. Ini, Ibu koq rasanya gemeteran aja. Napas agak sesak. Batuk mulu. Tolong cek tensi Ibu ya"
"Oh, iya. Sebentar Agung lagi di Kejaksaan, beli pot. Ini langsung pulang"
"Eh, kirain Agung di rumah. Iya gak apa. Nanti Ibu telepon a'Yayan suruh ke rumah"

Tiap kali ibu telepon, tiap kali itu juga hati saya selalu was-was. Dan kali ini benar, sakitnya bikin dia gak nyaman. Tanpa pilih-pilih pot lagi, segera saya selesaikan transaksi di toko dan langsung kembali ke rumah.

Sesampai di rumah, kakak saya sudah ada di sana sedang memasang tensi meter ke lengan ibu, ditemani anaknya. Tampak layar monitor menghitung denyut jantungnya. Dan hasilnya adalah 150/85. Tekanan darahnya sedang naik. Gejalanya gemetar dan ada sesak napas. Langsung saja ibu saya suruh minum Captopril, obat penurun tekanan darah yang memang selalu sedia jika terjadi hal-hal seperti ini. Sekitar setengah jam kemudian, tekanan darahnya sudah menurun sekitar 120an/80an. Saya lupa mencatat waktu itu.

Saat memeriksa kesehatan ibu, saya sudah melaksanakan protokol kesehatan dengan selalu menggunakan masker medis. Tapi tidak kakak saya. Dia hanya memakai masker kain, dan beberapa kali dilepas ketika kita ngobrol bersama di ruangan. Ibu ada batuk. Karena itu saya ada kekhawatiran virus Corona mendatangi keluarga kami, entah darimana asalnya.

Malamnya, anak sulung saya yang biasanya tidur bareng neneknya (ibu saya) datang dan hendak tidur di sebelahnya. Tapi kali ini saya larang, karena ibu sedang sakit dan ada batuk. Cukup saya saja yang menemaninya tidur di luar kamar dan menggunakan masker medis hingga pagi. Hari Sabtu dan Minggu, beberapa kali semua anak-anak ibu datang menjenguk, menemani ngobrol dan juga makan. Semua pakai masker, tapi ada kalanya dibuka juga yaitu saat makan.

Minggu pagi, saya coba berbicara berdua dengan ibu seandainya ada Corona di rumah ini karena batuknya cukup sering. Saya membujuknya untuk mau melakukan pemeriksaan swab. Alhamdulillah, ternyata memberikan pengertian kepada ibu saya tidak terlalu sulit, termasuk risiko jika dia terkonfirmasi positif, harus dibawa ke RS, dan lain sebagainya. Siangnya kami berdua berangkat ke RS Hermina Ciputat untuk pemeriksaan tapi ternyata tidak ada pelayanan di hari minggu. Begitu juga di RS Syarif Hidayatullah (RS UIN) sama, pelayanan hanya di hari Senin hingga Sabtu.

(bersambung...)

Posting Komentar

0 Komentar