Memutar Waktu


Pagi itu, seorang bocah SMP tampak risau, melihat hujan tak kunjung berhenti. Padahal jam dinding rumahnya sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB yang berarti sudah waktunya masuk kelas untuk belajar. Tak ada yang bisa mengantarnya ke sekolah, karena kakak dan bapaknya sudah berangkat menuju aktivitasnya masing-masing. Tertinggal sebuah sepeda di garasi, yang biasanya dipakai bermain bersama teman-temannya di rumah.

"Ya udah, naik sepeda aja. Udah terlambat pelajaran bu Fitri nih. Paling basah sedikit". Bergegas, dia memakai jaket merah dan topi biru bertuliskan Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta. Ibunya melarang, dan menyuruhnya menunggu sampai hujan reda. Tapi dia bersikeras, harus segera berangkat sekolah karena tidak mau terlambat lebih lama lagi. Sambil mendorong sepedanya keluar garasi, dia menoleh ke wajah ibunya yang mengkhawatirkan anaknya pergi ke sekolah naik sepeda saat hujan cukup deras. "Ibu koq nangis? Gak apa-apa, bu. Agung bisa ke MP sendiri", gumamnya dalam hati.

Tapi hati siapa yang tak sedih membayangkan ibunya menangis. Sepanjang jalan, sambil mengayuh sepeda melewati jalan-jalan yang basah dan hujan terus turun, tak terasa air matanya juga menetes. "Maafkan Agung, ibu. Agung tau ibu ngelarang karena ibu sayang sama Agung. Tapi inilah anakmu, yang keras kepala ingin belajar. Mohon doanya agar jadi anak yang pintar, dan sayang sama ibu dan bapak".

Jam 7.20 WIB hujan masih terus turun membasahi bumi, Agung telah tiba di sekolah, Dengan celana dan jaket basah, serta baju lembab, dia masuk dan mengagetkan seisi kelas. Bu Fitri menyapa, tapi dia memilih untuk diam, karena masih terbayang wajah sedih ibunya. Untunglah pada saat itu ruang kelas belum memiliki AC sehingga dingin tak kan begitu menyengat kulitnya.

Pagi ini, waktu itu dicoba diputar kembali. Dari rumah yang sama, tujuan yang sama, dan anak yang sama, serta dengan cara yang sama yaitu bersepeda, saya berangkat menuju tempat bekerja, tempat di mana saya bersekolah di sana. Tidak diiringi hujan, tidak dengan suasana sedih dan air mata, tapi dengan kenangan tentang masa lalu, saat seorang bocah yang begitu cintanya bersekolah dengan sepeda, tanpa peduli panas maupun hujan. Tiap kayuhan terasa beda, meski pernah beberapa kali saya bersepeda ke kantor. Hari ini, terasa istimewa. Rasa, tentang dimana waktu diputar kembali, 25 tahun yang lalu. Mmmhhh.... :)

Posting Komentar

0 Komentar