One Day without Smartphone

Tak dapat kita pungkiri, betapa penetrasi smartphone dan smart device lainnya begitu dalam dan luas, menyasar ke segala lapisan orang, usia, kegiatan, dengan tujuan masing-masing. Berjuta aplikasi tersedia, baik itu yang berbayar maupun yang gratis, memikat para pengguna untuk mencobanya. Tak sedikit juga yang kemudian melahirkan ketagihan dan ketergantungan yang luar biasa. Yang mengakibatkan sebuah penyakit baru yang bernama Nomophobia, yaitu rasa khawatir karena tidak terhubung dengan alat komunikasi.

Sungguh dampaknya cukup besar, andai kita mengabaikan pola penggunaan smartphone dalam diri dan keluarga kita. Teringat istilah yang saya dapat, Smartphone for Dumb People, Telepon Pintar untuk Orang Bodoh. Haha.. nyindir banget dah. Belum lagi hasil penelitian lain yang menyebutkan turunnya IQ sebesar 15% sebagai akibat pola kerja multi tasking bersama smartphone, dan yang lainnya menyebutkan berkurangnya daya ingat seseorang karena segala hal tidak perlu diingat lagi karena sudah dibantu embah Google dan kawan-kawannya. Huffttt… 

Nah, saya merasa perlu ada sebuah treatment khusus bagi diri saya yaitu tidak menggunakan smartphone minimal satu hari dalam seminggu, One Day Without Smartphone. Jika ini sukses, kan bisa juga diterapkan untuk istri dan selanjutnya anak pasti akan menyesuaikan. Ya iya lah… anak kan bagaimana orangtuanya. Andai orangtuanya main hape mulu, pasti anak cari mainan sendiri atau ikutan main hape. Nah, sebaliknya jika orangtuanya ga mainan hape, kan anak bisa kita ajak main yang lain, melakukan aktivitas kreatif tanpa smartphone dsb.

Perjalanan tersebut bisa jadi tidak mudah. Karena yang namanya smartphone sebagai alat komunikasi pasti untuk berkomunikasi terutama dengan orang-orang yang jauh lokasinya dari kita. Di sini kita perlu membatasi “cara” berkomunikasi. Jika dengan smartphone dan internet, aplikasi chatting pasti jadi primadona. Dan jika kita tetap menggunakan smartphone kita, apa bisa ga buka aplikasi tersebut? Atau tidak menggunakan hape sama sekali bagaimana? Boleh juga sih. Tapi klo saya sih no.. :D. Karena itu saya lebih memilih menggunakan cellphone yang hanya bisa telepon, sms dan radio atau setel musik. Haha.. sama aja? Ya engga sih. Setidaknya saya menghindari keinginan membuka aplikasi chatting, cari berita, masuk medsos liat timeline yang ga penting itu, de es be be be be. Masih bisa ditelepon dan sms udah keren. Bisa setel radio ya hiburan saat di jalan. Setel aplikasi musik, ya buat buka file Murottal dooong. Enak hati lebih adem. Emangnya ga apa-apa ga keren ga pake smartphone? Biarin aja.. biar waktu kita bisa lebih produktif tanpa bersinggungan dengan smartphone dan internet.

Entah ini hanya berupa retorika saja tanpa aksi yang jelas dan konsisten. Tapi harapan untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi terus kita bangun. Teknologi hadir untuk meningkatkan kualitas hidup kita. Jangan sampai sebaliknya, merusak diri, lingkungan, keluarga dsb. Say NO to Nomophobia. Batasi penggunaan smartphone kita. Hargai kehadiran orang di sekitar. Manfaatkan waktu bersama keluarga, makan bersama, bermain, berenang, olahraga. Mengaji dan hafalan Qur’an. Membaca buku yang menarik. Lakukan kegiatan sosial di lingkungan rumah. Ingat, Khorunnas Anfa’uhum linnaas. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Wallahu’alam bishshowab.

Posting Komentar

0 Komentar